As'adiyah, (Inmas Wajo) - Dalam rangka tahun pelajaran / akademik 2019/2020 Pengurus Pusat Pondok Pesantren As’adiyah menggelar rapat akademik 2019/2020
SENGKANG - Berdiri sejak 1930, Pondok Pesantren Asadiyah Sengkang menjadi ponpes tertua di Sulawesi Selatan. Hingga hari ini, As'adiyah tetap eksis dan terus mencetak ratusan ribu santri yang tersebar di berbagai pelosok dunia. Ulama-ulama beken seperti imam Masjid Istiqlal, KH Nasaruddin Umar, atau yang lebih tua dari itu seperti pendiri Pesantren DDI Mangkoso, KH Abdurrahman Ambo Dalle, pendiri Ponpes Yayasan perguruan Islam Beowe Yasrib Soppeng, KH Daud Ismail, pendiri Ponpes Nurul Azhar Talawe Sidrap, KH Fathuddin Sukkara adalah alumni As'adiyah. Boleh dikata, As'adiyah adalah gudang para ulama. Itu pulalah yang membuat Kota Sengkang, dikenal sebagai Kota Santri. Dua tahun sebelum didirikan, tepatnya 1928, KH Muhammad As'ad atau yang dikenal Gurutta Puang Haji Sade yang tinggal di Mekkah, Arab Saudi pulang ke tanah leluhurnya di tanah Bugis di Sengkang, Kabupaten Wajo. "Beliau adalah seorang ulama di Mekkah, banyak jemaah haji pada saat itu meminta kepada Gurutta untuk kembali. Apalagi saat itu, banyak kemungkaran yang terjadi di Wajo," kata Wakil Ketua Umum PP As’adiyah, KH Muhyiddin Tahir. Mulanya, Puang Haji Sade cuma membuat halaqah rutin di kediamannya di sebelah barat Masjid Jami' yang menjadi cikal bakal Ponpes As'adiyah. Dua tahun berselang, halaqah rutin itu pun dilakukan di Masjid Jami', dan dibentuklah satuan pendidikan dengan nama Madrasah Arabiyah Islamiyah MAI, yang kelak dikenal sebagai Ponpes As'adiyah. Hingga saat ini, Masjid Jami masih menjadi tempat pendidikan. Untuk mengenang jasa-jasa Gurutta, nama ruas jalan itu diabadikan dengan namanya, Jl KH Muhammad As'ad. Sepeninggal Gurutta Puang Haji Sade pada 1952, salah satu muridnya, yakni KH Daud Ismail diamanahkan untuk mengembang kepemimpinan di As'adiyah. "Saat itu Anregurutta Haji Daud Ismail adalah seorang pegawai negeri di Bone, karena panggilan wasiat Gurutta, beliau meninggalkan status pegawai negerinya dan kembali ke Sengkang," kata Muhyiddin Tahir. Hingga saat ini, sudah ada 8 orang yang memimpin Pondok Pesantren yang berjarak sekitar 200 km dari Kota Makassar, ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan. Setelah AGH Daud Ismail yang memimpin selama 9 tahun 1952-1961, kemudian dilanjutkan lagi oleh salah satu murid Gurutta Puang Haji Sade, yakni AGH Muhammad Yunus Martan selama kurang lebih 27 tahun 1961-1988. AGH Hamzah Badwi adalah pimpinan Ponpes As'adiyah dengan masa jabatan paling sebentar, yakni cuma 8 bulan 1988. Lalu digantikan oleh AGH Abdul Malik selama 12 tahun 1988-2000, lalu AG Prof Dr H Abdul Rahman Musa selama 2 tahun 2000-2002, dan AG Prof Dr H M Rafii Yunus Martan selama 16 tahun 2002-2018.
\n \n \n\n\n biaya pesantren as adiyah sengkang
Setelah12 hari menikmati liburan, hari ini tanggal 2 Januari 2019 Santri Pondok Pesantren As'adiyah kini harus kembali . BERANDA; PROFIL. SEJARAH SINGKAT; STRUKTUR ORGANISASI; PEJABAT; VISI MISI; KEPALA KANTOR DARI MASA KE MASA; RENSTRA KEMENAG 2020-2024; TUGAS DAN FUNGSI; MAKNA LOGO KEMENTRIAN AGAMA; 5 BUDAYA KERJA KEMENAG Halaqah Da'wah is one of the models of da'wah delivery that is widely used in the spread of Islamic teaching in Indonesia. Central Board of Pesantren As'adiyah in Sengkang becames one of the Islamic education institutions which was born from a halaqah study conducted by Anregurutta Fungngaji Sade, the founder of As'adiyah, to meet the needs of the Bugis Wajo community for Islamic preaching at that time. At present, the Pesantren As'adiyah has developed into one of the largest pesantren in South Sulawesi. However, it is still carrying out halaqah as one of the characteristics of its independence. Halaqah is carried out every day after shalat magrib and subuh done, except Thursday night and Friday morning, in six different locations. Materials included are fiqh, hadith, aqeedah, akhlak, tasawuf and tafsir conveyed by the method of guidance, qira'ah tarjamah, lectures, and role models. There are two forms of dakwah halaqah As'adiyah in Sengkang, namely 1 Mappesantreng that is coming directly to halaqah activities which are filled by Anregurutta/gurutta; 2 Halaqah da'wah through radio, which is to follow Islamic da'wah delivered by Anregurutta/gurutta through Radio Suara As'adiyah broadcasts. Dakwah halaqah merupakan salah satu model penyampaian dakwah yang banyak digunakan dalam penyebaran dakwah Islam di Indonesia, sejak proses masuknya Islam, penyebaran hingga berkembangnya Islam. Pondok Pesantren As’adiyah Pusat Sengkang menjadi salah satu lembaga pendidikan Islam yang lahir dari sebuah pengajian halaqah yang dilaksanakan oleh anregurutta Fungngaji Sade, pendiri Pondok Pesantren As’adiyah, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Bugis Wajo terhadap dakwah islamiah saat itu. Saat ini, Pondok Pesantren As’adiyah Pusat Sengkang telah berkembang menjadi salah satu pondok pesantren terbesar di Sulawesi Selatan. Namun demikian, tetap melaksanakan halaqah sebagai salah satu ciri kepesantrenannya. Halaqah dilaksanakan setiap hari setelah selesai salat magrib dan subuh, kecuali kamis malam dan jumat subuh, di enam lokasi yang berbeda. Materi meliputi, fikih, hadis, aqidah, akhlak tasawuf, dan tafsir yang disampaikan dengan metode tuntunan, qira’ah tarjamah, ceramah, dan suri teladan. Model dakwah halaqah Pondok Pesantren As’adiyah Pusat Sengkang terdapat dua bentuk yaitu 1 mappesantreng, yaitu datang langsung mengikuti kegiatan halaqah yang diisi langsung oleh anregurutta/gurutta; 2 dakwah halaqah melalui radio, yaitu mengikuti dakwah islamiah yang disampaikan oleh anregurutta/gurutta melalui siaran Radio Suara As’adiyah. Keywords As’adiyah, dakwah halaqah, pesantren. To read the full-text of this research, you can request a copy directly from the author.... Kajian mengenai isu sosial dilakukan oleh Muhammad Takbir Malliongi Malliongi, 2018, Hasan Basri Basri, 2019 dan Tarmizi Tahir Tahir, 2019. Kajian mengenai isu dakwah dilakukan oleh Besse Wahidah Wahidah, 2018 Wekke, 2018, Muhammad Idris Idris, 2019. Mengenai kajian isu sosial dilakukan oleh Muhammad Alqadri Burga Burga, 2019b, Jumriana Jumriana, 2019, Mahaemin Latif Latif, 2019, Wahyuddin Wahyuddin, 2017. ... Muhammad Alwi HsIin ParninsihNahla Fakhriyah AlwiKajian ini merespon temuan BNPT yang menyebutkan adanya pesantren yang disinyalir terafiliasi paham terorisme dan radikalisme. Kajian ini berfokus pada pesantren As’adiyah, Darul Da’wah wal Irsyad DDI, dan Nahdlatul Ulum, terutama dari sisi jaringan dan model beragamanya sebagai basis moderasi beragama. Pertanyaan kajian ini adalah bagaimana jaringan dan model beragama pesantren As’adiyah, DDI, dan Nahdlatul Ulum Sulawesi Selatan serta relasi ketiganya dalam moderasi beragama? Kajian ini merupakan penelitian pustaka dan lapangan sekaligus. Kajian pustaka diarahkan untuk menelusuri sisi historis tiga pesantren tersebut terkait jaringan dan model beragamanya, sementara kajian lapangan diarahkan untuk mengungkap kebertahanan jaringan dan model beragamanya. Kajian ini menyimpulkan bahwa dari sisi jaringan, tiga pesantren tersebut saling mempengaruhi hingga berpangkal pada pengaruh tradisi pendidikan Islam dari Mekkah dan Jawa. Dari sisi model beragama, tiga pesantren tersebut menunjukkan upaya penerapan dan penyebaran paham moderasi beragama pada konteksnya masing-masing, yang terlihat sejak awal didirikannya yang didukung oleh pemerintah setempat, visi misinya yang memperbaiki akhlak dan intelektual umat, materi-materi kitab yang diajarkan, hingga pandangan para alumninya. Karena itu, perhatian sekaligus penguatan jaringan pesantren yang memiliki model beragama moderat perlu terus dilakukan, terutama dalam rangka menghindari masuknya paham radikalisme dan terorisme ke lembaga pesantren. Kata Kunci As’adiyah, DDI, Nahdlatul Ulum, moderasi beragama, jaringan pesantren This study responds to the findings of the BNPT which states that there are pesantrens that are suspected to be affiliated with terrorism and radicalism. This study focuses on pesantrens of As'adiyah, Darul Da'wah wal Irsyad DDI and Nahdlatul Ulum, especially in terms of their religious networks and models as the basis for religious moderation. The question of this study is how are the networks and religious models of As'adiyah, DDI and Nahdlatul Ulum, and the relationship between the three in religious moderation? This study is both library and field research. The literature review is directed to explore the historical side of the three pesantren related to their networks and religious models, while field studies are directed to reveal the persistence of their networks and religious models. From this, this study concludes that the network of the three pesantren was influenced by the intellectual traditions of Mecca and Java. Even though all three have different religious models, all three show religious moderation. This can be seen from the beginning of its establishment which was supported by local government, its vision-mission to improve the morals and intellectuals of the people umat, kitab materials taught, to the views of each alumni. Therefore, it is necessary to continue to pay attention to as well as strengthen the pesantren network that has a moderate religious model, especially in order to avoid the entry of radicalism and terrorism into Islamic boarding schools. Keywords As’adiyah, DDI, Nahdlatul Ulum, religious moderation, pesantren networkSamsul AminMunirAmin, Samsul Munir. 2009. Ilmu Dakwah. Jakarta. Amzah. Penelitian PendidikanMohammad AliAli, Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung ilmu dan Metodologi Pendidikan IslamAramai AriefArief, Aramai. ilmu dan Metodologi Pendidikan Ciputat Kontemporer. Yogyakarta, Graha IlmuAnwar ArifinArifin, Anwar. 2011. Dakwah Kontemporer. Yogyakarta, Graha Nilai Islam dalam Etika SosialAzyumardi AzraAzra, Azyumardi. 2000. "Transformasi Nilai Islam dalam Etika Sosial", dalam Nurcholish Madjid, ed., Kehampaan Spiritual Masyarakat Modern, Respon dan Transformasi Nilai-nilai Islam Menuju Masyrakat Madani. Jakarta Media Pembinaan Kegiatan KemasjidanDepartemen AgamaDepartemen Agama. Pola Pembinaan Kegiatan Kemasjidan. Badan Kesejahteraan Mesjid BKMAl-HikmahAl-Hikmah Jurnal Dakwah, Volume 12, Nomor 1, Tahun 2018Jakarta Ichtiar Baru Van HouveEnsiklopedia IslamEnsiklopedia Islam, 1993. Jakarta Ichtiar Baru Van Concise Ensyclopedia of Islam, terj. A. Mas"adi, Ensiklopedia Islam RingkasCyril GlasseaGlassea, Cyril. 2002. The Concise Ensyclopedia of Islam, terj. A. Mas"adi, Ensiklopedia Islam Ringkas, Ed. I. Cet. III; Jakarta Raja Grafindo Depan Pesantren Dalam Tantangan Modernitas dan Tantangan Kompleksitas GlobalAmin HaedariAbdullah HanifHaedari, Amin dan Abdullah Hanif, ed. Depan Pesantren Dalam Tantangan Modernitas dan Tantangan Kompleksitas Global. Jakarta IRD Pendidikan Islam di Indonesia Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan PerkembanganHasbullahHasbullah. 2001. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan. Cet. IV; Jakarta Raja Grafindo Muhammad As'ad, Pendiri Pondok Pesantren As'adiyah SengkangUmmu KalsumKalsum, Ummu. 2008. Muhammad As'ad, Pendiri Pondok Pesantren As'adiyah Sengkang. Makassar Alauddin Pesantren Sebuah Potret PerjalananNurcholish MadjidMadjid, Nurcholish. 1997. Bilik-bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan. Jakarta Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-lembaga Pendidikan Islam di IndonesiaAbuddin NataNata, Abuddin. ed., 2001. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-lembaga Pendidikan Islam di Gramedia Widiasarana Pendidikan Islam Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah Sampai IndonesiaSamsul NizarNizar, Samsul. 2008. Sejarah Pendidikan Islam Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah Sampai II; Jakarta Prenada Media Noor, Mahpuddin. 2006. Potret Dunia Pesantren Lintasan Sejarah, Perubahan, dan Perkembangan Pondok Pesantren. Bandung Pembaharuan Pendidikan Pesantren Kajian Pesantren As'adiyah Sengkang Sulawesi SelatanBahaking RamaRama, Bahaking. 2003. Jejak Pembaharuan Pendidikan Pesantren Kajian Pesantren As'adiyah Sengkang Sulawesi Selatan. Jakarta Parodatama Wiragemilang.
PBSB Tahun 2020 ini dibuka untuk pilihan sejumlah studi, yaitu Ma’had Aly As’adiyah Sengkang, Sulawesi Selatan untuk takhassus Tafsir dan Ilmu Tafsir, Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Jombang, Jawa Timur untuk takhassus Hadits dan Ilmu Hadits, Ma’had Aly Kebonjambu Cirebon, Jawa Barat untuk takhassus Fiqih dan Ushul Fiqih.

SENGKANG - Pondok Pesantren As'adiyah Sengkang adalah pondok pesantren tertua di Sulawesi Selatan. Terletak di tengah-tengah ibu kota Kabupaten Wajo, berjarak sekitar 200 km dari Makassar, ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan. Didirkan pertama kali oleh seorang ulama Bugis yang lahir dan besar di Makkah, Arab Saudi, yakni KH Muhammad As'ad atau lebih dikenal sebagai Anregurutta Puang Haji Sade pada 1930. Hingga kini, As'adiyah masih eksis dan terus mencetak santri-santri yang berkualitas dan berdaya saing, serta menjadi wadah penempaan bagi calon-calon ulama besar. Sepanjang perjalanannya selama 90 tahun lebih, ada 8 orang tercata memimpin pondok pesantren yang dulunya bernama Madrasah Arabiyah Islamiyah MAI itu. Dimulai oleh sang pendiri, yakni KH Muhammad As'ad 1930-1952, lalu dilanjutkan Muhammad Daud Ismail 1952-1961, Muhammad Yunus Martan 1961-1988, Hamzah Badawi 1988, Abdul Malik 1988-2000, Abdul Rahman Musa 2000-2002, Muhammad Rafii Yunus Martan 2002-2018 dan Muhammad Sagena 2018-sekarang. Berikut profil singkat para pimpinan Ponpes As'adiyah dari masa ke masa 1. AGH Muhammad As'ad al Bugisi 1930-1952. Beliau adalah anak dari pasangan Syeikh H Abdul Rasyid dengan Hj St Saleha binti Abdul Rahman, lahir di Makkah 12 Rabiul Akhir 1326 H/1907 M. Masa kecil dan remaja Muhammad As'ad dihabiskan di Makkah, Arab Saudi untuk belajar ilmu agama. "Sekitar 1928, Gurutta kembali ke tanah leluhurnya, lantaran banyaknya permintaan dari jemaah haji asal Wajo yang memintanya ke Wajo," kata Wakil Ketua Umum PP As’adiyah, KH Muhyiddin Tahir. Usianya 21 tahun saat menginjakkan kaki di tanah leluhurnya. Pada saat itu, di kediamannya di sebelah barat Masjid Jami cikal bakal Ponpes As'adiyah, Muhammad As'ad mengadakan halaqah rutin. Dua tahun berselang, yakni Mei 1930 halaqah dipindah di Masjid Jami' dan KH Muhammad As'ad resmi membuat sebuah lembaga pendidikan bernama Madrasah Arabiyah Islamiyah MIA. Murid-murid awalnya, yakni Muhammad Daud Ismail, Muhammad Yunus Martan, serta Abdurrahman Ambo Dalle, adalah ulama-ulama kesohor di Sulawesi Selatan. Dua nama awal kelak melanjutkan estafet kepemimpinan di pesantren, sementara nama terakhir adalah pendiri Ponpes DDI Magkoso di Kabupaten Barru.

Asizah, Sitti Nur (2022) Kontribusi Ulama Perempuan dalam Pengembangan Pondok Pesantren As'adiyah Sengkang Kab. Wajo. Undergraduate (S1) thesis, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Aslina, Nur (2022) Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan dengan Corporate Social Responsibility sebagai Variabel Pemoderasi (Studi pada
Video Profile Sejarah Pondok Pesantren As’adiyah didirikan oleh seorang ulama Bugis yang bernama Kiyai Haji Muhammad As’ad yang lahir di tanah suci Mekkah pada tahun 1902, dan meninggal dunia pada tahun 1952 di Sengkang Kabupaten Wajo. Pada awalnya kegiatan pendidikan yang di selenggarakan Pondok Pesantren As’adiyah , hanya berupa pengajian khalaqah Mangaji tudang. Kemudian pada Bulan Mei 1930 dikembangkan dengan mendirikan lembaga Pendidikan dengan sistim klasikal Madrasy. Pendidikan Madrasy ini mengambil tempat dan melaksanakan kegiatan pendidikan di Mesjid Jami Sengkang, yang selanjutnya diberi nama Madrasah Arabiyah Islamiyah MAI, saat yang sama di dibuka dan menerima santri tahfidz al Qur’an. Pada awal perkembangannya Pondok Pesantren As’adiyah kepemimpinan berada ditangan AG. H. Muhammad As’ad, dan dibantu beberapa ulama Arab Saudi sebagai pengasuh, antara lain Al Allamah syekh Mahmud Abdul Jawwad al Madany, Sayyid Ahmad al Afifi al Misry, Sayyid Sulaeman dan Syekh Haji Muhammad Ya’la. Kemudian diteruskan oleh murid muridnya seperti AG. Rahman Ambo Dalle 1900-1996, AG. H. Muhammad Daud Ismail 1908-2005/1952-1961, Yunus Martan 1986-1988, AG. Manguluang 1986-1988, AG. Malik Muhammad 1988-2000, AG. Rahman Musa 2000-2002, dan Yunus Martan, MA 2002-sekarang. Madrasah Arabiyah Islamiyah MAI pada periode pertama membina jenjang pendidikan; Ibtidaiyah 4 Tahun, dan Tsanawiyah 3 Tahun, serta satu kelas khusus Pengkaderan Ulama, Pada saat itu tidak ada klasifikasi usia, dalam arti santri yang belajar pada setiap jenjang umumnya sudah remaja, bahkan ada santri berusia dewasa. Setelah Muhammad As’ad meninggal dunia pada tahun 1952, kepemimpinan Pondok Pesantren dipercayakan kepada Daud Ismail. Dan selanjutnya dipimpinan oleh Yunus Martan. Dari kedua ulama besar inilah Pondok Pesantren As’adiyah mengalami kemajuan dan perkembangan serta diterima oleh masyarakat Islam secara luas. Saat ini, Pondok Pesantren As’adiyah memiliki cabang kurang lebih 320 yang tersebar diseluruh pelosok nusantara. Untuk tingkatan Pusat membina santri mulai dari Taman Kanak Kanak/RA sampai perguruan Tinggi. LEMBAGA PENDIDIKAN Pondok Pesantren As’adiyah menyelenggarakan pendidikan dan dakwah Islamiyah dan dikelola secara organisasi kelembagaan. Saat ini Pondok Pesantren As’adiyah Membina lembaga pendidikan mulai dari Taman Kanak Kanak/Raodatul Atfal, sampai Lembaga Pendidikan Tinggi. Visi Misi VISI, MISI dan TUJUAN Visi Pondok Pesantren As’adiyah adalah “Menjadikan Pondok Pesantren As’adiyah Sebagai Pesantren Terkemuka di Wilayah Indonesia yang mengakselerasikan Pendidikan dan Dakwah Islamiyah” Misi, Melaksanakan Pendidikan Berbasis Keislaman Melaksanakan Dakwah Berbasis Kultural Mengembangkan Ilmu Agama yang berbasis amaliah Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan sikap keislaman Meningkatkan jaringan kemitraan dengan lembaga terkait Mengembangkan nilai nilai Keislaman dalam binghkai kebhinnekaan Tujuan As’adiyah bertujuan memelihara dan mengembangkan ajaran Islam yang berhaluan Ahlus Sunnah wal Jamaah, bermazhab Syafii guna melahirkan keluaran yang berilmu, beriman, bertakwa dan berakhlak mujlia, serta bertanggung jawab kepada pembangunan agama, bangsa dan Negara Republik Indonesia. Profil Pendiri Anregurutta AG H. M. As’ad. Dalam masyarakat Bugis dahulu beliau digelar Anre Gurutta Puang Aji Sade’. Beliau merupakan Mahaguru dari Gurutta Ambo Dalle 1900 – 1996, adalah putra Bugis, yang lahir di Mekkah pada hari Senin 12 Rabi’ul Akhir 1326 H/1907 M dari pasangan Syekh H. Abd. Rasyid, seorang ulama asal Bugis yang bermukim di Makkah al-Mukarramah, dengan Hj. St. Saleha binti H. Abd. Rahman yang bergelar Guru Terru al-Bugisiy. Pada akhir tahun 1347 H/1928 M, dalam usia sekitar 21 tahun. AG H. M. As’ad merasa terpanggil untuk pulang ke tanah leluhur, tanah Bugis, guna menyebarkan dan mengajarkan agama Islam kepada penduduk tanah Wajo khususnya, dan Sulawesi pada umumnya. Beliau berbekal ilmu pengetahuan agama yang mendalam dan gelora panggilan ilahi, disertai semangat perjuangan yang selalu membara. Pada waktu itu, memang berbagai macam bid’ah dan khurafat masih mewarnai pengamalan agama Islam, oleh karena kurangnya pendidikan dan da’wah Islamiyah kepada mereka. Langkah pertama yang dilakukan beliau setelah tiba di kota Sengkang adalah mulai mengadakan pengajian khalaqah di rumah kediamannya. Di samping itu beliau mengadakan da’wah Islamiyah di mana-mana, serta membongkar tempat-tempat penyembahan dan berhala-berhala yang ada disekitar kota Sengkang. Pada tahun pertama gerakan beliau, bersama dengan santri-santri yang berdatangan dari daerah Wajo serta daerah-daerah lainnya, beliau berhasil membongkar lebih kurang 200 tempat penyembahan dan berhala. Pada tahun 1348 H/1929 M, Petta Arung Matoa Wajo, Andi Oddang, meminta nasehat Anregurutta H. M. As’ad tentang pembangunan kembali masjid yang dikenal dengan nama Masjid Jami, yang terletak di tengah-tengah kota Sengkang pada waktu itu. Setelah mengadakan permusyawaratan dengan beberapa tokoh masyarakat Wajo, yaitu ! AG H. M. As’ad, 2 H. Donggala, 3 La Baderu, 4 La Tajang, 5 Asten Pensiun, dan 6 Guru Maudu, maka dicapailah kesepakatan bahwa mesjid yang sudah tua itu perlu dibangun kembali. Pembangunan kembali masjid itu dimulai pada bulan Rabiul Awal 1348 H/1929 M, dan selesai pada bulan Rabiul Awal 1349/1930 M. Setelah selesai pembangunannya, maka Masjid Jami itu diserahkan oleh Petta Arung Matoa Wajo Andi Oddang kepada AG H. M. As’ad untuk digunakan sebagai tempat pengajian, pendidikan, dan da’wah Islam. Sejak itulah beliau mendirikan madrasah di Mesjid Jami’ itu, dan diberi nama al-Madrasah al-Arabiyyah al-Islamiyyah MAI Wajo. Tingkatan-tingkatan yang beliau bina pada waktu itu adalah 1. Tahdiriyah, 3 tahun 2. Ibtidaiyah, 4 tahun 3. Tsanawiyah, 3 tahun 4. I’dadiyah, 1 tahun 5. Aliyah, 3 tahun Semua kegiatan persekolahan ini dipimpin langsung oleh AG H. M. As’ad, dibantu oleh dua orang ulama besar, yaitu Sayid Abdullah Dahlan garut, ex. Mufti Besar Madinah al-Munawwarah, dan Syekh Abdul Jawad Bone. Beliau juga dibantu oleh murid-murid senior beliau seperti AG H. Daud Ismali, dan almarhum AG H. Abd. Rahman Ambo Dalle. Pengajian khalaqah pesantren yang diadakan setiap ba’da shalat Subuh, ba’da shalat Ashar, dan ba’da shalat Magrib, yang semula diadakan di rumah beliau, dipindahkan kegiatannya ke Mesjid Jami Sengkang. Pesantren dan Madrasah yang didirikan dan dibina oleh beliau itulah yang menjadi cikal bakal Pondok Pesantren As’adiyah sekarang. Selain Pesantren dan Madrasah tersebut di atas, AG H. M. As’ad juga membuka suatu lembaga pendidikan yang baru, yaitu Tahfizul Qur’an, yang dipimpin langsung oleh beliau, dan bertempat di Masjid Jami Sengkang. Pada tahun 1350 H/1931 M. atas prakarsa Andi Cella Petta Patolae Petta Ennengnge, dengan dukungan tokoh-tokoh masyarakat Wajo, dibangunlah gedung berlantai dua di samping belakang Masjid Jami Sengkang. Bangunan itu diperuntukkah bagi kegiatan al-Madrasah al-Arabiyyah al-Islamiyyah MAI Wajo, karena santrinya semakin bertambah. AG H. M. As’ad berpulang ke rahmatullah pada hari Senin 12 Rabiul Akhir 1372 H/29 Desember 1952 M. dalam usia 45 tahun. Sesuai dengan wasiat beliau beberapa saat sebelum wafat, peninggalan beliau berupa Madrasah dan pesantren kemudian dilanjutkan pembinaannya oleh dua murid senior beliau; AG H. Daud Ismail, dan AG H. M. Yunus Martan. Pada tanggal 13 Agustus 1999, berdasarkan Undang-undang No. 6 Tahun 1959, dan Keppres RI No. 076/TK/Tahun 1999, Presiden RI telah menganugerahkan tanda kehormatan Bintang Mahaputra Naraya kepada AG H. M. As’ad, karena jasa-jasa beliau yang luar biasa terhadapa negara dan bangsa Indonesia. Tanda penghormatan itu diterima di Jakarta atas nama beliau oleh putra beliau, H. Abd. Rahman As’ad
Informasiterkait Rincian Biaya Kuliah juga dapat diminta dan ditanyakan langsung ke kampus Institut Agama Islam As'adiyah Sengkang yang beralamat di: Jl. Veteran No. 46 Sengkang, Kab. Wajo Prov. Sulawesi Selatan 90911 Telp. +62 852 4064 0447 Email: pusatinfo@iaiasadiyah.ac.id
Kata Kunci: As’adiyah, DDI, Nahdlatul Ulum, moderasi beragama, jaringan pesantren This study responds to the findings of the BNPT which states that there are pesantrens that are suspected to be
KeempatMa'had Aly tersebut adalah Ma'had Aly As'adiyah Sengkang Sulawesi Selatan, Ma'had Aly Kebonjambu Ciwaringin Cirebon Jawa Barat, Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Jombang Jawa Timur
- SD Negeri 2 Sengkang (SD) - MTS.I. Puteri AS'ADIYAH Sengkang (SLTP) - MA AS'ADIYAH Putri Pusat Sengkang (SMA) - IAIN ALAUDIN UJUNG PANDANG (S1) - Universitas Muslim Indonesia (S2) Riwayat Pekerjaan: Cakim Pengadilan Agama Makassar: Hakim Tingkat Pertama pada Pengadilan Agama Marisa: Hakim Tingkat Pertama pada Pengadilan Agama Belopa
981VCm.
  • e4diir3ydj.pages.dev/14
  • e4diir3ydj.pages.dev/150
  • e4diir3ydj.pages.dev/477
  • e4diir3ydj.pages.dev/167
  • e4diir3ydj.pages.dev/108
  • e4diir3ydj.pages.dev/337
  • e4diir3ydj.pages.dev/224
  • e4diir3ydj.pages.dev/306
  • biaya pesantren as adiyah sengkang